Kali ini saya akan melanjutkan postingan saya yang sebelumnya โMy Campus Life (Pra Kampus) โ PART 1โ. Kalau di part 1 saya sudah bercerita bagaimana perjuangan saya untuk lulus USM STAN 2015 namun masih berakhir dengan kegagalan, kali ini saya ingin berbagi kisah saya untuk lulus USM PKN STAN 2016. Hmm, kalau begitu yuk langsung aja ya saya mulai.
Kalau diingat-ingat lagi perjuangan saya di percobaan ke-2 dalam mengikuti USM PKN STAN (*FYI nama STAN sekarang telah berubah menjadi PKN STAN) ini lebih sulit dan ada beberapa hal yang harus saya korbankan demi mengikuti USM ini. Ya, setelah saya gagal dalam USM tahun kemarin (2015), saya bertekad dalam hati agar benar-benar mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan USM dengan lebih matang untuk kali ke-2 ini. Setidaknya itulah yang saya harapkan dari diri saya sendiri. Tapi, realitanya memang tidak semudah yang saya rencanakan. Saya yang saat itu notabene sudah berstatus mahasiswa, tentunya mempunyai berbagai kewajiban yang harus dipenuhi. Sebagaimana anak sekolah, mahasiswa pun dituntut lebih aktif, bukan hanya di kelas namun juga di lingkungan kampus. Dengan tugas kuliah, kuis, presentasi, dan ujian yang selalu datang silih berganti dan seakan tidak mau berhenti bak hujan deras yang mengguyur bumi, entah bagaimana lagi saya harus membagi waktu untuk belajar soal-soal dan materi untuk USM. Bukan hanya itu, saya juga beberapa kali terlibat dalam kegiatan kampus yang juga cukup menyita waktu, tenaga , dan pikiran. Ya, begitulah kehidupan kampus selama saya kuliah di PTN. Perlahan namun pasti, saya pun mulai menikmati kehidupan itu dan tidak terasa satu semester sudah saya berkuliah.
Akhirnya, sampailah saya di semester dua. Selangkah tangga kehidupan perkuliahan telah berhasil saya langkahi dengan baik. Namun, sebuah kejutan lagi-lagi datang dari pihak PKN STAN. Kira-kira awal maret 2016, ada pengumuman bahwa PKN STAN akan mengadakan penerimaan mahasiswa baru TA 2016 dalam waktu dekat. Alangkah terkejutnya saya saat itu, betapa tidak? Bahkan belum sampai setahun sejak USM tahun sebelumnya diadakan dan tahun ini USM diadakan lebih cepat dari biasanya. Betapa paniknya diri ini saat itu. Lagi-lagi saya menyesal karena tidak bersiap-siap lebih cepat. Setelah mendaftar, sebisa mungkin saya mempelajari kembali materi dan soal-soal yang saya punya. Walaupun kali ini saya merasa lebih sulit karena harus membagi waktu antara belajar untuk kuliah dan untuk persiapan USM. Belum lagi, kali ini saya benar-benar belajar sendiri alias otodidak, tanpa mengikuti bimbel seperti tahun sebelumnya.
Selain dari buku dan soal-soal yang sudah saya dapat dari bimbel tahun lalu, saya juga bergabung dengan beberapa grup chat di line dan fb. Dari situlah saya mendapat beberapa tips dan trik untuk mengerjakan soal-soal USM dengan benar dan cepat. Saya sangat bersyukur karena bisa bergabung di grup chat tersebut dan mendapat tentor serta teman-teman yang sangat aktif dan sangat membantu saya dalam belajar. Walupun tidak pernah bertemu langsung, melainkan hanya mengobrol dan belajar melalui ketikan di dunia maya, saya telah mendapat banyak ilmu dari mereka semua, khususnya tentor-tentor yang sebenarnya adalah mahasiswa aktif PKN STAN angkatan 2014 yang tidak sungkan berbagi ilmu dan pengalaman mereka bisa lulus dari USM. Mereka juga sering memberikan motivasi dan semangat kepada para pejuang PKN STAN seperti saya dengan berbagai candaan di grupchat tersebut.
Sebelum mengikuti tes tahap1, peserta diharuskan melakukan verifikasi berkas terlebih dahulu untuk kemudian mendapatkan nomor peserta ujian. Saya lupa tepatnya, namun yang saya ingat adalah saat itu saya ada kuis jam 1 siang dan jam 8 pagi saya harus mengikuti kelas di kampus. Sedikit panik memang, dan saya berencana untuk mengikuti kelas sebentar dan kemudian izin atau langsung kabur di tengah kuliah. Namun, alhamdulillah ternyata Allah mempermudah langkah saya. Kira-kira pukul setengah 9 lewat ketua kelas memberi kabar bahwa dosen pagi itu tidak dapat masuk dan hanya memberikan tugas kelompok. Betapa senang saya saat itu, dan untungnya teman sekelompok dan ketua kelas saat itu sangat membantu dan mempermudah saya. Tanpa membuang-buang waktu saya langsung menuju tempat verifikasi. Ternyata di sana sudah banyak peserta yang mengantri untuk melakukan verfikasi. Saya menunggu dengan sabar dan was-was sambil membaca materi untuk kuis nanti siang. Saat itu sudah pukul 10 lewat dan kira-kira 8-10 orang lagi hingga tiba giliran saya. Namun, tiba-tiba panitia saat itu menunda proses verifikasi pagi itu hingga jam 1 siang karena server error. Hancur sudah rencana yang telah saya susun dan persiapkan itu. Dengan bimbang, akhirnya saya pun memutuskan untuk kembali ke kampus dahulu untuk mengikuti kuliah dan kuis jam 1 dahulu baru kembali lagi untuk proses verifikasi.
Saat itu, ternyata dosen memutuskan untuk memberikan materi dahulu baru diakhir perkuliahan akan diberikan kuis, dan saat itu pula hati ku mulai panik. Namun saya tetap mengikuti kuis itu dahulu secepat mungkin baru setelah itu saya mengendarai sepeda motor saya secepat mungkin menuju lokasi verifikasi. Ternyata ada saja hal yang menghalangi saya, di tengah perjalanan ada polisi yang sedang melakukan razia hari itu dan saya harus menepi sejenak dan menunjukkan surat-surat kendaraan beserta SIM. Untungnya semua lengkap dan saya harus buru-buru ke tujuan, karena saya pikir itu sudah sangat telat. Singkat cerita sampailah saya di sana dan saya langsung menghampiri panitia untuk bertanya bila nomor antri sudah lewat, namun belum sempat kata-kata itu keluar dari mulut saya, nomor antri saya pun dipanggil dan saya langsung dipersilakan masuk ruangan verifikasi.
Betapa heran saya waktu itu, karena secara logika saya sudah terlambat hampir 2 jam dan dengan sisa antrian kurang dari 10 orang seharusnya nomor antri saya sudah dipanggil duluan/ sudah terlewat. Namun setelah saya bertanya kepada peserta lain ternya proses verifikasi baru dimulai kembali sekitar pukul 2 lewat atau hampir pukul setengah 3 dan saya tiba pukul 3 lewat. Ya Tuhan, betapa bersyukurnya diri ini. Ternyata memang ada saja hikmah dibalik setiap kejadian itu. Setidaknya saya jadi tida harus menunggu lagi setibanya di sana. Selain itu, saya pun bisa mengikuti kuis terlebih dahulu di kampus.
Hari yang saya tunggu pun tiba, ya hari USM PKN STAN 2016 Tahap 1 diadakan. Hari itu di pagi hari tanggal 15 Mei 2016 bertepatan dengan hari ulang tahunku aku bersiap-siap menuju tempat tes. Tetapi ternyata hari itu saya salah kostum L betapa malu dan bingung setibanya saya di sana melihat peserta lain mengenakan pakaian formal hitam dengan atasan kemeja putih, sedangkan saya hadir dengan kemeja dan rok warna bebas yang terlihat santai. Untungnya hal itu tidak dipermasalahkan oleh pengawas dan panitia di ruangan ku, dan ada 2 atau 3 orang peserta lain yang salah kostum seperti saya. Mungkin saya tidak mengetahui hal tersebut karena saat verifikasi saya datang terlambat dan tidak mengetahui hal tersebut.
Setelah membuka lembar soal, saya langsung berusaha melakukan yang terbaik dan mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu agar tidak membuang-buang waktu. Tapi, tetap saja banyak yang tidak bisa saya kerjakan dan beberapa soal pun saya mengisinya dengan sedikit bertaruh pada diri sendiri. Ya seperti tes lainnya, jika jawaban benar maka akan mendapat poin +4, salah -1 , dan kosong 0. Saat itu dari 120 soal TPA, saya hanya mengisi kira-kira 90-100 soal sedangkan sisanya kosong dan dari soal yang saya isi itu pun tidak semua nya saya yakin benar. Untuk TBI dari 60 soal, saya mengerjakan 55 soal dan kosong 5 soal. Kira-kira seperti itu yang saya kerjakan. Di akhir tes, saya pun pulang ke rumah dengan langkah gontai dan tidak bersemangat karena saya benar-benar pesimis dengan hasil tes saya. Hingga keesokan harinya di kampus pun saya tidak mau mebahas apapun mengenai tes USM tahap 1 saya. Walaupun beberapa teman-teman saya yang juga mengikuti tes itu menyuruh saya tetap optimis dan mempersiapkan untuk tes tahap 2, saya tetap dengan pikiran negatif dan pesimis bahwa saya akan gagal untuk yang kedua kalinya. Ya, saat itu saya hanya tidak ingin terlalu berharap lagi yang pada akhirnya harapan itu hanya akan menjadi sebatas harapan dan tidak lebih.
To be Continued –